Manusia kadang ingin berubah, tapi kerana persekitaran tidak menyokongnya, jadilah ia semakin jauh dari perubahan itu, atau perubahan itu hanya sekadar angan-angannya belaka.
Hidup ini harus berubah menjadi lebih baik dari hari ke hari, kerana jika tidak, hari-hari kita akan lebih buruk daripada hari sebelumnya. Perubahan dalam hidup adalah kejayaan. Penjahat yang kemudian bertaubat, penampilannya akan jauh berbeza dengan ketika ia menjadi penjahat. Yang saya maksudkan adalah penampilan fizikal dan hati. Ia akan lebih santun, senang beribadah, dekat dengan Allah, khusyu’ hatinya, jauh dari maksiat, dan bagus akhlaknya.
Pada hakikatnya tidak ada orang bodoh di dunia ini, yang ada adalah orang yang tidak mempergunakan akalnya. Oleh sebab itulah, Allah memerintahkan kepada kita untuk mempergunakan akal kita untuk kemaslahatan dunia dan akhirat kita. Akal yang kosong dari merenungkan tanda-tanda kekuasaan-Nya dan kosong dari ilmu pengetahuan, adalah akal para pelaku bid’ah, orang-orang fasik, dan pemimpin yang zalim. Barangsiapa memiliki akal tapi tidak digunakannya dengan semaksimum mungkin, maka dia harus segera menggunakannya, sebelum hawa nafsunya membelenggunya kerana akal telah kalah terlebih dahulu sebelum akal itu bertindak membelenggu hawa nafsunya.
Mari kita isi akal dengan ilmu pengetahuan yang bermanfaat. Jangan sampai hari-hari kita berlalu tanpa kita merenungkan satu ayat al-Quran-Nya, atau membaca beberapa halaman buku, atau memikirkan salah satu tanda-tanda kebesaran-Nya, atau mendengarkan hal-hal yang bermanfaat, atau melihat apa yang dihalalkan-Nya. Dalam setiap hari, harus ada ilmu yang masuk ke dalam akal kita dan membuat akal kita jauh lebih baik daripada sebelumnya, membuat diri kita semakin yakin akan kebenaran agama-Nya, semakin dekat dengan-Nya, semakin jauh dari maksiat, semakin benar perkataan dan perbuatan kita, dan semakin tulus amal kita.
Perubahan itu adalah dekat dengan kecemerlangan, kebahagiaan, kejayaan, dan kemuliaan. Imam Fudhail bin Iyadh dulunya adalah seorang penjahat, namun setelah bertaubat, beliau dikenali sebagai ahli ibadah, ulama fakih, dan contoh teladan bagi orang-orang kemudian. Kisah-kisahnya terus dibaca ulang, perkataan-perkataan nya disampaikan berulang-ulang oleh para khatib, ulama, ahli sufi, sehingga orang awam.
Orang-orang yang berubah adalah orang-orang yang mempergunakan waktu, fikiran, dan tenaganya untuk semakin dekat dengan Allah. Jika dulunya dia suka bermalas-malasan, maka sekarang waktunya digunakan seoptima mungkin, dan bila ada waktu luang, ia gunakan untuk memberi “makan” pada jiwanya agar semakin segar dan kaya dengan inspirasi. Jika dulunya tidak suka membaca, maka sekarang ia rajin membaca dan mencatat apa-apa yang bermanfaat untuk dirinya. Ia beri kesempatan beberapa jam dalam sehari untuk membaca. Ilmu – kata Imam Syafi’i – mendorong kita untuk beramal. Jika kita membaca buku tentang zuhud, maka keinginan untuk hidup zuhud akan muncul. Begitupun jika kita membaca buku tentang seni penulisan, maka keinginan untuk menulis akan muncul. Dan seterusnya. Itulah hakikat perubahan sesungguhnya. Bukannya semakin tidak menentu dan terhina setelah menjadi ahli ilmu.
Lawanlah dengan gigih setiap bentuk penyimpangan saat kita berjalan menuju tujuan. Lawanlah dengan sekuat tenagamu untuk tidak melakukan kemaksiatan dan untuk bersegera dalam menjalankan kewajiban. Setelah engkau lawan, kemudahan itu akan datang. Kegelisahan akan berubah menjadi ketenangan, dan keresahan berubah menjadi kebahagiaan.
Bacalah al-Quran satu juz setiap hari. Kamu pasti mampu melakukannya. Jika tidak mampu, berusahalah sehingga mampu. Paksalah jiwa, kerana sebelumnya jiwa ini kotor dan hati ini telah keras membatu. Maka setelah itu, jiwa ini akan bersinar dan rasa suka dalam membaca al-Quran akan muncul. Rasanya, batin ini terseksa kerana satu hari tidak membaca al-Quran atau tidak membacanya sesuai dengan target yang kita tetapkan.
Ketika kita tidak mampu menangis saat membaca al-Quran atau saat mengingat dosa-dosa masa lalu kita atau mengingat banyaknya kurniaan Tuhan yang belum disyukuri, maka tangisilah kerana kita tidak mampu menangis. Tangisilah mengapa kamu tidak boleh menangis. Tangisilah! Suatu ketika Khalifah Abu Bakar as-Siddiq menerima tetamu dari Yaman. Ketika al-Quran dibacakan kepada mereka, mereka menangis. Khalifah Abu Bakar berkata bahwa kita tidak mampu menangis kerana hati kita mengeras, kotor oleh maksiat. Sesungguhnya hati yang bersih akan menangis ketika ayat-ayat-Nya dibacakan. Jika demikian, apakah benar kita menangis ketika ayat al-Quran dibacakan? Jika tidak menangis, bererti sesungguhnya diri kita telah banyak melakukan maksiat. Ini prinsip yang berat, minimum jiwa kita tersentuh dan merasa terpanggil.
Inilah momentum perubahan, kerana ajal semakin mendekat, sementara amal buruk lebih banyak daripada amal soleh, yang dikufuri lebih banyak daripada yang disyukuri. Inilah saatnya untuk berubah, wahai jiwa-jiwa yang gelisah kerana kemunafikan, kemaksiatan, dan kelalaian. Inilah saatnya berubah, wahai jiwa-jiwa yang merindukan ketenangan dan kebahagiaan.
-sekian, diadaptasi dr artikel oleh saudara di Indonesia-
wallahua'lam, semoga bermanfaat.
Hidup ini harus berubah menjadi lebih baik dari hari ke hari, kerana jika tidak, hari-hari kita akan lebih buruk daripada hari sebelumnya. Perubahan dalam hidup adalah kejayaan. Penjahat yang kemudian bertaubat, penampilannya akan jauh berbeza dengan ketika ia menjadi penjahat. Yang saya maksudkan adalah penampilan fizikal dan hati. Ia akan lebih santun, senang beribadah, dekat dengan Allah, khusyu’ hatinya, jauh dari maksiat, dan bagus akhlaknya.
Pada hakikatnya tidak ada orang bodoh di dunia ini, yang ada adalah orang yang tidak mempergunakan akalnya. Oleh sebab itulah, Allah memerintahkan kepada kita untuk mempergunakan akal kita untuk kemaslahatan dunia dan akhirat kita. Akal yang kosong dari merenungkan tanda-tanda kekuasaan-Nya dan kosong dari ilmu pengetahuan, adalah akal para pelaku bid’ah, orang-orang fasik, dan pemimpin yang zalim. Barangsiapa memiliki akal tapi tidak digunakannya dengan semaksimum mungkin, maka dia harus segera menggunakannya, sebelum hawa nafsunya membelenggunya kerana akal telah kalah terlebih dahulu sebelum akal itu bertindak membelenggu hawa nafsunya.
Mari kita isi akal dengan ilmu pengetahuan yang bermanfaat. Jangan sampai hari-hari kita berlalu tanpa kita merenungkan satu ayat al-Quran-Nya, atau membaca beberapa halaman buku, atau memikirkan salah satu tanda-tanda kebesaran-Nya, atau mendengarkan hal-hal yang bermanfaat, atau melihat apa yang dihalalkan-Nya. Dalam setiap hari, harus ada ilmu yang masuk ke dalam akal kita dan membuat akal kita jauh lebih baik daripada sebelumnya, membuat diri kita semakin yakin akan kebenaran agama-Nya, semakin dekat dengan-Nya, semakin jauh dari maksiat, semakin benar perkataan dan perbuatan kita, dan semakin tulus amal kita.
Perubahan itu adalah dekat dengan kecemerlangan, kebahagiaan, kejayaan, dan kemuliaan. Imam Fudhail bin Iyadh dulunya adalah seorang penjahat, namun setelah bertaubat, beliau dikenali sebagai ahli ibadah, ulama fakih, dan contoh teladan bagi orang-orang kemudian. Kisah-kisahnya terus dibaca ulang, perkataan-perkataan nya disampaikan berulang-ulang oleh para khatib, ulama, ahli sufi, sehingga orang awam.
Orang-orang yang berubah adalah orang-orang yang mempergunakan waktu, fikiran, dan tenaganya untuk semakin dekat dengan Allah. Jika dulunya dia suka bermalas-malasan, maka sekarang waktunya digunakan seoptima mungkin, dan bila ada waktu luang, ia gunakan untuk memberi “makan” pada jiwanya agar semakin segar dan kaya dengan inspirasi. Jika dulunya tidak suka membaca, maka sekarang ia rajin membaca dan mencatat apa-apa yang bermanfaat untuk dirinya. Ia beri kesempatan beberapa jam dalam sehari untuk membaca. Ilmu – kata Imam Syafi’i – mendorong kita untuk beramal. Jika kita membaca buku tentang zuhud, maka keinginan untuk hidup zuhud akan muncul. Begitupun jika kita membaca buku tentang seni penulisan, maka keinginan untuk menulis akan muncul. Dan seterusnya. Itulah hakikat perubahan sesungguhnya. Bukannya semakin tidak menentu dan terhina setelah menjadi ahli ilmu.
Lawanlah dengan gigih setiap bentuk penyimpangan saat kita berjalan menuju tujuan. Lawanlah dengan sekuat tenagamu untuk tidak melakukan kemaksiatan dan untuk bersegera dalam menjalankan kewajiban. Setelah engkau lawan, kemudahan itu akan datang. Kegelisahan akan berubah menjadi ketenangan, dan keresahan berubah menjadi kebahagiaan.
Bacalah al-Quran satu juz setiap hari. Kamu pasti mampu melakukannya. Jika tidak mampu, berusahalah sehingga mampu. Paksalah jiwa, kerana sebelumnya jiwa ini kotor dan hati ini telah keras membatu. Maka setelah itu, jiwa ini akan bersinar dan rasa suka dalam membaca al-Quran akan muncul. Rasanya, batin ini terseksa kerana satu hari tidak membaca al-Quran atau tidak membacanya sesuai dengan target yang kita tetapkan.
Ketika kita tidak mampu menangis saat membaca al-Quran atau saat mengingat dosa-dosa masa lalu kita atau mengingat banyaknya kurniaan Tuhan yang belum disyukuri, maka tangisilah kerana kita tidak mampu menangis. Tangisilah mengapa kamu tidak boleh menangis. Tangisilah! Suatu ketika Khalifah Abu Bakar as-Siddiq menerima tetamu dari Yaman. Ketika al-Quran dibacakan kepada mereka, mereka menangis. Khalifah Abu Bakar berkata bahwa kita tidak mampu menangis kerana hati kita mengeras, kotor oleh maksiat. Sesungguhnya hati yang bersih akan menangis ketika ayat-ayat-Nya dibacakan. Jika demikian, apakah benar kita menangis ketika ayat al-Quran dibacakan? Jika tidak menangis, bererti sesungguhnya diri kita telah banyak melakukan maksiat. Ini prinsip yang berat, minimum jiwa kita tersentuh dan merasa terpanggil.
Inilah momentum perubahan, kerana ajal semakin mendekat, sementara amal buruk lebih banyak daripada amal soleh, yang dikufuri lebih banyak daripada yang disyukuri. Inilah saatnya untuk berubah, wahai jiwa-jiwa yang gelisah kerana kemunafikan, kemaksiatan, dan kelalaian. Inilah saatnya berubah, wahai jiwa-jiwa yang merindukan ketenangan dan kebahagiaan.
-sekian, diadaptasi dr artikel oleh saudara di Indonesia-
wallahua'lam, semoga bermanfaat.
No comments:
Post a Comment