Sunday, August 17, 2008

~ 10 MAYAT istimewa

Sepuluh orang yang mayatnya TIDAK BUSUK dan TIDAK REPUT. Disebutkan didalam satu riwayat, bahawasanya apabila para makhluk dibangkitkan dari kubur, mereka semuanya berdiri tegak di kubur "masing-masing selama 44 tahun UMUR AKHIRAT dalam keadaan TIDAK MAKAN" dan TIDAK MINUM, TIDAK DUDUK dan TIDAK BERCAKAP. Bertanya orang kepada Rasulullah saw :

"Bagaimana kita dapat mengenali ORANG-ORANG MUKMIN kelak di hari qiamat?"Maka jawabnya Rasulullah saw:

"Umat dikenal kerana WAJAH mereka putih disebabkan oleh WUDHU'."
Bila qiamat datang maka malaikat datang ke kubur orang mukmin sambil membersihkan debu di badan mereka KECUALI pada tempat sujud. Bekas SUJUD tidak dihilangkan. Maka memanggillah dari zat yang memanggil. Bukanlah debu "itu dari debu kubur mereka, akan tetapi debu itu ialah debu KEIMANAN" mereka. Oleh itu tinggallah debu itu sehingga mereka melalui titian" Siratul Mustaqim dan memasuki alam syurga, sehingga setiap orang melihat para mukmin itu mengetahui bahawa mereka adalah pelayan Ku dan hamba-hamba Ku.


Disebutkan oleh hadith Rasulullah saw bahawa sepuluh orang yang mayatnya TIDAK BUSUK dan TIDAK REPUT dan akan bangkit dalam tubuh asal diwaktu mati:-


1. Para Nabi
2. Para Ahli Jihad
3. Para Alim Ulama
4. Para Syuhada
5. Para Penghafal Al Quran
6. Imam atau Pemimpin yang Adil
7. Tukang Azan(mu'azzin)
8. Wanita yang mati kelahiran/beranak
9. Orang mati dibunuh atau dianiaya
10. Orang yang mati di siang hari atau di malam Jumaat jika mereka itu dari kalangan orang yang beriman.


Didalam satu riwayat yang lain dari Jabir bin Abdullah ra sabda Rasulullah saw: Apabila datang hari qiamat dan orang orang yang berada di dalam kubur dibangkitkan maka Allah swt memberi wahyu kepada Malaikat Ridhwan:


" Wahai Ridhwan , sesungguhnya Aku telah mengeluarkan hamba-hamba Ku berpuasa ( ahli puasa ) dari kubur mereka di dalam keadaan letih dan dahaga. Maka ambillah dan berikan mereka segala makanan yang digoreng dan buah buahan syurga. "


Maka Malaikat Ridhwan menyeru, wahai sekelian kawan-kawan dan semua anak-anak yang belum baligh, lalu mereka semua datang dengan membawa dulang dari nur dan berhimpun dekat Malaikat Ridhwan bersama dulang yang penuh dengan buahan dan minuman yang lazat dari syurga dengan sangat banyak melebihi daun-daun kayu di bumi. Jika Malaikat Ridhwan berjumpa mukmin maka dia memberi makanan itu kepada mereka sambil mengucap sebagaimana yang difirman oleh Allah swt di dalam Surah Al-Haqqah bermaksud :

“Makan dan minumlah dengan sedap disebabkan AMAL yang telah kamu kerjakan pada HARI yang telah LALU itu.". Wallahua'lam

~Yang kita inginkan atau yang kita perlukan?


Fitrah manusia ingin disayangi dan menyayangi, ingin dicintai dan menyintai ,serta ingin dirindui juga merindui. Dari yang si kecil sehinggalah dewasa. Semua menginginkannya. Hatta Nabi Adam a.s sendiri menginginkannya. Walau pun diberi kebijaksanaan mengenal seluruh isi bumi, dianugerahkan segala-galanya namun Nabi Adam a.s tetap terasa sepi dan sunyi. Maka lahirlah Hawa untuknya.


Begitulah juga kita, menginginkan untuk memiliki seseorang yang disayangi dan pada masa yang sama turut dicintai. Inginkan seseorang yang memiliki ciri-ciri yang sempurna juga fitrah manusia. Menginginkan yang cantik, lawa, menarik dan mempesonakan pandangan mata. Pendek kata yang memiliki keindahan, kekayaan, kebijaksanaan, kejayaan. Semuanya menjadi pilihan. Dengan pelbagai usaha digunakan untuk mendapatkannya, hinggalah ada yang sanggup bertumpahan darah seperti Qabil dan Habil, bergadai nyawa seperti Laila dan Majnun, sehidup semati ibarat Romeo dan Juliet. Kerana ingin memiliki kasih sayang dan kononnya demi cinta suci. Akhirnya terkubur jasad ke tanah tanpa pengakhiran yang membahagiakan. Beginikah dikatakan ingin memiliki dan dimiliki.


Apa yang pasti janji cuma tinggal janji.. Agama tidak melarang seseorang menginginkan teman dalam hidupnya. Namun apakah yang kita inginkan adalah yang kita perlukan? Adakah pasti yang diingini akan kita miliki? Seseorang yang kita inginkan belum tentu yang kita perlukan, dan seseorang yang kita perlukan juga belum tentu yang kita inginkan. Jadi, mana yang akan dipilih, yang diinginkan ataukah yang diperlukan? Ikut hati tentulah yang diingini tapi tanya akal pula pastilah yang diperlukan. Alamak, akal dan hati sentiasa berperang dan bermusuhan.


Lantaran itulah Allah s.w.t turunkan Al-Quran sebagai panduan dan sunnah Rasullullah s.a.w sebagai ikutan. Kandungannya banyak memberi petunjuk jalan agar usaha dan keputusan yang kita lalui sentiasa lurus, diredhai dan penuh keberkatan. Malangnya, ramai antara kita belajar dari artis-artis Hollywood, Bollywood dan entah apa entah wood lagi. Novel-novel, majalah-majalah cinta pula sebagai rujukan utama. Maka, lahirlah ‘sektor perkapalan’ haram yang mengemudi bahtera bersama kelasinya. Ke hulu ke hilir membelah lautan biru menuju ke destinasi bahagia, kononnya.


Tapi, yakinkah kita itulah kebahagiaan, itukah yang kita inginkan dan adakah itu yang kita perlukan? Tatkala, ada di antara kita yang tidak menginginkan seseorang itu sebagai teman hidupnya namun ditakdirkan menjadi miliknya. Umpama Nabi Yusuf a.s menolak cinta Siti Zulaikha akhirnya menjadi isteri yang paling disayangi dan dikasihi. Bukan didesak oleh keinginan hati tapi kerana memerlukan insan seperti Siti Zulaikha, menjadi isteri kerana Allah. Kini, kenyataan telah terukir.


Sesuatu yang kita perlukan itulah yang kita inginkan. Maka agama itulah yang kita perlukan bukan selain darinya. Sebagaimana yang tercoret dalam hadis Rasulullah s.a.w pilihlah seseorang itu kerana kecantikannya, hartanya, keturunan dan agamanya. Maka, pilihlah agamanya insya Allah kita akan temui kebahagiaan yang sebenar. wallahua’lam

Friday, August 1, 2008

Nasib Si Jenazah sepi..

Ajaran Islam merupakan ajaran yang lengkap dan sempurna. Tidak semata urusan dunia yang menjadi perhatian ajaran Islam, melainkan kehidupan setelah kematian-pun mendapat perhatian dan penjelasan lengkap. Betapa tidak, ajaran Islam datang dan bersumber dari Allah subhaanahu wa ta’aala Yang Maha Tahu perkara nyata maupun ghaib.

هُوَ اللَّهُ الَّذِي لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ عَالِمُ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ هُوَ الرَّحْمَنُ الرَّحِيمُ

”Dia-lah Allah Yang tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Yang Mengetahui yang ghaib dan yang nyata, Dia-lah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.” (QS Al-Hasyr ayat 22)

Di dalam memandang kehidupan, seorang Muslim takkan pernah menjadikan dunia semata sebagai pertimbangan satu-satunya dalam mengambil keputusan dan melangkah. Ia selalu menjadikan faktor akhirat dan kehidupan setelah dunia fana ini sebagai pertimbangan yang bahkan lebih utama. Hal ini pula yang menjadikan jiwanya senantiasa merasa tenteram dan dadanya lapang.

Seorang mu’min yang selalu mengingat kehidupan abadi akhirat akan menjadi manusia yang berwawasan sangat luas dan tidak pernah bersempit dada dalam mengarungi kehidupan dunia yang fana ini. Jika ia meraih keberhasilan dalam hidupnya ia tak pernah menjadi sombong apalagi lupa diri. Ia menjadi manusia yang kian bersyukur dan mendekatkan diri kepada sumber keberhasilan tersebut, yakni Allah subhaanahu wa ta’aala. Dan kenikmatan apapun yang ia terima di dunia tak akan menjadikannya tenggelam dalam euphoria sebab ia tahu bahwa masih ada kenikmatan yang bakal jauh lebih dahsyat dan lebih pantas ia terobsesi untuk mengejarnya, yakni jannah (surga) di akhirat nanti.



Bila ia memperoleh kegagalan atau ditimpa musibah, ia tak pernah menjadi sedih berlebihan apalagi sampai berputus asa. Ia segera bersabar dan memohon kesabaran tersebut kepada sumbernya, yakni Allah subhaanahu wa ta’aala. Dan derita apapun yang dialaminya di dunia takkan pernah membuatnya frustasi sebab ia tahu bahwa masih ada derita yang jauh lebih dahsyat dan hakiki yang sepatutnya ia sungguh-sungguh hindari, yakni naar (api neraka) di akhirat kelak. Seorang muslim sadar sepenuhnya akan misi hidupnya sebagaimana dikatakan oleh sahabat Rib’iy bin Amer radhiyallau ’anhu tatkala berhadapan dengan panglima Rustum dari Persia yang menanyakan apa misi ummat Islam:

ابتعثنا الله لنخرج الناس من ضيق الدنيا إلى سعت الدنيا و الآخرة

“Kami diutus Allah untuk mengeluarkan manusia dari sempitnya dunia kepada lapangnya dunia dan akhirat.”

Maka, dalam konteks da’wah pengetahuan dan keyakinan seorang muslim akan kehidupan sesudah kematian menjadi motivatornya dalam berda’wah. Nasib seorang mu’min di dalam kubur penuh dengan kebahagiaan. Sedangkan nasib seorang kafir penuh siksaan di dalam kuburnya. Bila seseorang sudah tahu akan hal ini maka pastilah ia akan berusaha sekuat tenaga memelihara iman-Islamnya agar ia bahagia di alam kuburnya. Dan ia akan berusaha sekuat tenaga pula menyelamatkan orang non-muslim agar jangan menemui ajal sebelum dirinya bertaubat memeluk agama Islam. Sebab jika ia mati dalam kekafiran tentu ia akan bernasib malang di alam kuburnya. Inilah pendorong utama seorang muslim dalam mengajak orang kafir memeluk agama Allah subhaanahu wa ta’aala, merasakan lezat dan manisnya iman agar ia selamat di alam kuburnya. Perhatikanlah penjelasan Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam mengenai nasib orang beriman dibandingkan nasib orang kafir di alam kuburnya masing-masing.

NASIB JENAZAH MU’MIN

فَتُعَادُ رُوحُهُ فِي جَسَدِهِ فَيَأْتِيهِ مَلَكَانِ فَيُجْلِسَانِهِ فَيَقُولَانِ لَهُ مَنْ رَبُّكَ فَيَقُولُ رَبِّيَ اللَّهُ فَيَقُولَانِ لَهُ مَا دِينُكَ فَيَقُولُ دِينِيَ الْإِسْلَامُ فَيَقُولَانِ لَهُ مَا هَذَا الرَّجُلُ الَّذِي بُعِثَ فِيكُمْ فَيَقُولُ هُوَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَيَقُولَانِ لَهُ وَمَا عِلْمُكَ فَيَقُولُ قَرَأْتُ كِتَابَ اللَّهِ فَآمَنْتُ بِهِ وَصَدَّقْتُ فَيُنَادِي مُنَادٍ فِي السَّمَاءِ أَنْ صَدَقَ عَبْدِي فَأَفْرِشُوهُ مِنْ الْجَنَّةِ وَأَلْبِسُوهُ مِنْ الْجَنَّةِ وَافْتَحُوا لَهُ بَابًا إِلَى الْجَنَّةِ قَالَ فَيَأْتِيهِ مِنْ رَوْحِهَا وَطِيبِهَا وَيُفْسَحُ لَهُ فِي قَبْرِهِ مَدَّ بَصَرِهِ قَالَ وَيَأْتِيهِ رَجُلٌ حَسَنُ الْوَجْهِ حَسَنُ الثِّيَابِ طَيِّبُ الرِّيحِ فَيَقُولُ أَبْشِرْ بِالَّذِي يَسُرُّكَ هَذَا يَوْمُكَ الَّذِي كُنْتَ تُوعَدُ فَيَقُولُ لَهُ مَنْ أَنْتَ فَوَجْهُكَ الْوَجْهُ يَجِيءُ بِالْخَيْرِ فَيَقُولُ أَنَا عَمَلُكَ الصَّالِحُ فَيَقُولُ رَبِّ أَقِمْ السَّاعَةَ حَتَّى أَرْجِعَ إِلَى أَهْلِي وَمَالِي (أحمد)

(Setelah jenazah mu’min dimasukkan ke liang lahat) maka ruhnya dikembalikan ke jasadnya, datanglah dua malaikat mendudukkan jenazah mu’min tersebut lalu bertanya:”Siapa rabbmu?” Dia menjawab:”Rabbku Allah”, lalu:”Apa diin-mu?” Dia jawab:”Diin-ku Islam” Lalu: ”Siapa lelaki yang telah diutus kpd kalian?” Dia jawab:”Dialah utusan Allah (Muhammad) shollallahu ’alaih wa sallam”, lalu:”Apa ilmumu?” Dia jawab:”Aku telah membaca kitab Allah (Al-Qur’an) maka kuimani dan kubenarkan.” Maka terdengar seruan dari langit:”Hambaku telah membenarkan.” Maka dibentangkanlah surga baginya, dipakaikan baju dari surga, dibukakakan pintu menuju ke surga, didatangkan kepadanya aroma surga dan diluaskan makamnya sejauh mata memandang. Datang seseorang berwajah bagus, berpakaian bagus dan beraroma semerbak berkata:”Bergembiralah engkau dengan hari bahagia yang dijanjikan untukmu ini.” Dia bertanya: ”Siapa kamu, sepertinya datang dengan wajah baik.” Iapun menjawab:”Akulah ‘amal sholeh-mu.” Maka jenazah itupun berdoa:”Ya Rabb, segerakanlah datangnya hari kiamat sehingga aku dapat berkumpul kembali dengan keluargaku dan hartaku.” (HR Ahmad)

NASIB JENAZAH KAFIR

فَتُعَادُ رُوحُهُ فِي جَسَدِهِ وَيَأْتِيهِ مَلَكَانِ فَيُجْلِسَانِهِ فَيَقُولَانِ لَهُ مَنْ رَبُّكَ فَيَقُولُ هَاهْ هَاهْ لَا أَدْرِي فَيَقُولَانِ لَهُ مَا دِينُكَ فَيَقُولُ هَاهْ هَاهْ لَا أَدْرِي فَيَقُولَانِ لَهُ مَا هَذَا الرَّجُلُ الَّذِي بُعِثَ فِيكُمْ فَيَقُولُ هَاهْ هَاهْ لَا أَدْرِي فَيُنَادِي مُنَادٍ مِنْ السَّمَاءِ أَنْ كَذَبَ
فَافْرِشُوا لَهُ مِنْ النَّارِ وَافْتَحُوا لَهُ بَابًا إِلَى النَّارِ فَيَأْتِيهِ مِنْ حَرِّهَا وَسَمُومِهَا وَيُضَيَّقُ عَلَيْهِ قَبْرُهُ حَتَّى تَخْتَلِفَ فِيهِ أَضْلَاعُهُ وَيَأْتِيهِ رَجُلٌ قَبِيحُ الْوَجْهِ قَبِيحُ الثِّيَابِ مُنْتِنُ الرِّيحِ فَيَقُولُ أَبْشِرْ بِالَّذِي يَسُوءُكَ هَذَا يَوْمُكَ الَّذِي كُنْتَ تُوعَدُ فَيَقُولُ مَنْ أَنْتَ فَوَجْهُكَ الْوَجْهُ يَجِيءُ بِالشَّرِّ فَيَقُولُ أَنَا عَمَلُكَ الْخَبِيثُ فَيَقُولُ رَبِّ لَا تُقِمْ السَّاعَةَ (أحمد)

(Setelah jenazah kafir dimasukkan ke liang lahat) maka ruhnya dikembalikan ke jasadnya, datanglah dua malaikat mendudukkan jenazah kafir tersebut lalu bertanya:”Siapa rabbmu?” Dia menjawab:”Hah, hah, aku tidak tahu”, lalu:”Apa diin-mu?” Dia jawab:” Hah, hah, aku tidak tahu” Lalu:”Siapa lelaki yang telah diutus kepada kalian?” Dia jawab:” Hah, hah, aku tidak tahu.” Maka terdengar seruan dari langit: ”Dia telah mendustakan.” Maka dibentangkanlah neraka baginya, dibukakakan pintu menuju ke neraka, didatangkan kepadanya panas neraka dan aromanya dan disempitkankan makamnya sehingga hancurlah tulang-belulangnya. Datang seseorang berwajah buruk, berpakaian buruk dan berbau busuk berkata: ”Bergembiralah engkau dengan hari celaka yang dijanjikan utkmu ini.” Dia bertanya: ”Siapa kamu, sepertinya datang dengan wajah buruk.” Iapun menjawab: ”Akulah ‘amal burukmu.” Maka jenazah itupun berdoa: ”Ya Rabb, janganlah datangkan hari kiamat.” (HR Ahmad)

Alhamdulillah kita termasuk orang beriman. InsyaAllah kita bakal mengalami kebaikan di alam kubur kelak seperti digambarkan dalam hadits di atas. Saking bagusnya preview calon tempat tinggal kita di surga sehingga kita bakal sibuk berdoa di alam kubur agar Allah subhaanahu wa ta’aala segerakan datangnya hari Kiamat supaya bisa segera memasuki tempat tinggal penuh kenikmatan tersebut. Namun sebaliknya, orang non-muslim alias kafir, mereka bakal menderita di alam kuburnya. Sedemikian rupa sehingga mereka bakal sibuk berdoa memohon kepada Allah subhaanahu wa ta’aala agar kiamat tidak kunjung tiba sebab mereka sudah diperlihatkan preview calon tempat tinggalnya di neraka. Dan kiamat merupakan satu-satunya pembatas antara dirinya dengan tempat tinggal abadinya kelak di akhirat.

Maka marilah kita giatkan berda’wah kepada mereka orang-orang non-muslim agar mereka bernasib sama baiknya sebagaimana seorang mu’min. Inilah hakikat Islam sebagai rahmatan lil ’aalamiin.



Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...